Sebetulnya selama perjalanan pendidikan itu juga berkaitan dengan peningka-tan kualitas/mutu, tapi ada juga hukum alam yang tidak dapat ditinggalkan perkem-bangan kuantitatif akan dibarengi dengan kemunduran kualitas atau antara kuantitatif dan kualitatif itu tidak dapat berjalan seiring ( Prof. Dr. Malik Fajar, M. Sc) jika sela-ma 30 tahun lalu tidak mengejar pada perkembangan kuantitatif dan era reformasi akan mengangkat kualitas dengan tetap menjaga kuantitasnya karena pada perkem-bangan penduduk selalu meningkat terus tanpa disertai jumlah lembaga yang dapat menampungnya, maka akan banyak anak didik yang tidak dapat melanjutkan belajar-nya.
Sekarang baru terasa kalau kita meningkatkan kuantitasnya terasa sangat gampang dan mudah tetapi kalau kualitas yang ditingkatkan akan terasa sangat sulit sekali dan ibaratnya cukup menantang, sedangkan kualitas itu sendiri bagaimana standarnya ? Tentu perlu ada standar kompetensi baik nasional maupun internasional.
Kedua dulu pada zaman Orde Baru, siswa dituntut untuk dapat membaca, menulis dan berhitung. Tetapi sekarang siswa harus dituntut bisa membaca Bahasa Indonesia dan bahasa asing, matematuka IPA/IPS, jadi dituntut untuk maju karena kita tidak hidup di negara yang tertutup, namun harus selalu dapat mengikuti per-kembangan dunia yang terus bergerak maju ke depan, dimana perubahan dan per-kembangan informasi sangat pesat. Dengan adanya ilmu pengetahuan dapat masuk lewat internet, sehingga memberi pengaruh besar pada dunia pendidikan.
Di satu sisi mengalami kemajuan , namun di sisi lain juga merasa sedih karena masih adanya kesenjangan antara daerah yang mudah menjangkau dan daerah yang minim informasi, padahal peningkatan pendidikan pada hakekatnya menyang-kut kemampuan kita dalam mengelola informasi, maka siapa yang cepat menangkap informasi, maka dialah yang maju.
Manajemen strategi yang berwawasan ke depan adalah suatu pelaksanaan prinsip-prinsip manajemen dalam bisnis yang dimulai dari implementasi strategi berdasarkan praktek-praktek bisnis yang dilakukan oleh korporasi yang berwawasan ke depan. Biasanya korporasi yang telah mampu membuktikan keberhasilannya dalam praktek manajemen dijadikan profil yang dapat ditiru oleh beberapa pembuat keputusan bisnis dari dasar-dasar pengambilan keputusan strategi dianalisa dan di pahami untuk dapat dijadikan sebagai titik tolak pembuatan strategi bisnis yang pada akhirnya nanti akan diperoleh strategi yang bernilai tinggi.
Terdapat beberapa pandangan umum tentang mitos yang salah dan bertentang an dengan kenyataan. Mitos itu antara lain menyatakan bahwa untuk memiliki suatu keberhasilan besar harus memerlukan ide besar. Mitos ini dalam kenyataannya tidak demikian. Kadang-kadang tidak benar, karena perkembangan usaha tidak harus de-ngan ide-ide yang besar pula. Karena membangun usaha dengan ide besar adalah ide yang buruk, sebab apabila di tengah perjalanan dalam kenyataan tidak sama dengan ide-ide yang besar tadi, maka akan menjadi penghambat perkembangan usaha ter-sebut. Kebanyakan usaha muncul ke permukaan tanpa ide yang besar.
Disamping mitos ide besar terdapat mitos lain adalah di dalam membangun suatu usaha yang besar diperlukan seorang yang karismatik dan berwawasan bersar. Pendapat ini juga keliru karena pemimpin yang karismatik tidak diperlukan, bahkan dianggap mengganggu stabilitas usaha dalam jangka panjang. Kebanyakan pemimpin yang mempunyai misi ke depan adalah orang-orang sederhana dan pemalu yang segan muncul di depan khalayak ramai.
Kepemimpinan bisnis yang benar dan baik berasal dari dalam lembaga / usaha sehingga kemampuan dirinya sudah teruji dalam praktek dak tidak usah men-dapat dukungan dari pihak lain lewat publikasi. Pemimpin besar yang berwawasan ke depan adalah seorang pembuat jam dan yang dapat membaca waktu dan bukan seorang pencatat waktu dan tidak dapat membuat jam. Sebagai pembuat jam adalah penentu arah bisnis dalam jangka panjang. Orang yang demikian ini adalah orang yang sangat berharga dan penentu arah suatu usaha dan biasanya tidak mau tampil di depan malah sebaliknya dia berada di belakang layar dan sulit untuk didekaki takut konsep-konsepnya di ketahui orang lain.
Seorang ahli bisnis selalu berangan-angan mampu ke depan dan selalu mene-mukan hal-hal yang baru dimana orang lain sulit untuk memprediksi arah bisnisnya, arah yang ditempuh selalu bersumber dari hasil dia berfikir yang kritis dan tajam sehingga mendekati kebenaran langkah dan tidak tergoyahkan oleh keadaan-keadaan di masyarakat. Pebisnis tidak jarang selalu membuat gebrakan-gebrakan yang mem-buat opini masyarakat menjadi tertuju padanya.
Partez (1992) menyebutkan bidang-bidang kekuatan dan kelemahan pesaing meliputi kekuatan atau kelemahan dalam bidang-bidang produk, promosi, litbang dan rekayasa biaya keseluruhan, organisasi menejerial umum dan lain-lain. Kemampuan suatu perusahaan sangat bergantung pada penilaian yang realistik terhadap kemam-puan pesaing melakukan langkah-langkah dalam persaingan bisnis.
Perusahaan selalu dihadapkan pada suatu persaingan bisnis. Persaingan adalah sangat wajar di dalam era yang global ini. Mau tidak mau selalu di bawa pada arus persaingan tentu akan keluar menjadi pemimpin di eranya. Di dalam bersaing yang perlu dikedepankan adalah bagaimana menciptakan trik-trik untuk menarik para pelanggan agar supaya pelanggan menganggap produk yang dikeluarkan sangat me-narik pada pemerhati hasil produk tersebut tidak jarang karena keahliannya dalam menggaet pelanggan, menganggap kalau tidak itu tidak baik, sehingga kita dapat menciptakan opini masyarakat bahwa produk yang dihasilkan oleh (A) sangat sempurna padahal tidak demikian. Sebenarnya keahlian dalam menggaet pelanggan sangat dibutuhkan dalam usaha, baik itu suatu perusahaan besar maupun usaha yang kecil sekalipun adakalanya dimulai dari yang sangat kecil, namun dikelola dengan baik dan disertai kecakapan dalam pengelolaannya sehingga akan menjadi besar pula dan selalu memperhatikan bagaimana cara meraih pasar.
Dalam pasar yang semakin kompetitif dewasa ini, kedekatan dengan pela-nggan merupakan suatu faktor yang niscaya akan meningkatkan kepemimpinan pasar suatu produk adalah faktor yang harus diperhatikan dimana kedekatan dengan pe-langgan adalah faktor paling ampuh dalam menunjang / membantu pengusaha dalam mencapai kepemimpinan pasarnya (pemasaran Strategi oleh Bambang Tricahyono).
Dewasa ini persaingan sudah beralih dari perebutan pangsa pasar (market share) ke perebutan pangsa peluang (opportunity share). Dalam kaitan ini Gary Ha-mel dan CK Prahalad (1993) mengidentifikasikan adanya dua aspek yang menyebab-kan mengapa suatu organisasi gagal dalam bersaing. Pertama, banyak organisasi yang gagal untuk keluar dari kungkungan masa lampau, yakni kemampuan untuk meninggalkan paradigma lama dalam menyiasati strategi bisnis saat ini. Kedua, banyak organisasi yang gagal pula untuk menerawang masa depan (invent future) yakni menciptakan masa depan dengan proses dengan proses pembelajaran kolektif (collective learning) yang mampu mengintegrasikan kompetisi inti yang bersifat sangat unik atau destruktif, baik intra maupun antar perusahaan yang terakhir ini sa-ngat berguna untuk membuat opportunity share. Pertimbangan situasi strategi men-cakup konsumerisme dan pemeliharaan lingkungan, menjaga langganan, persaingan dan strategi kompetitif serta pengaruh pemerintah dan hukum ( Pemasaran 2000, Irawan, Faried Wijaya, BPFE, Yogya).
Menurut donald G. Krause, situasi bersaing yang berbeda mungkin saja mem-butuhkan taktik yang berbeda pula untuk mencapai keberhasilan tetapi sejauh mung-kin jagalah kekuatan selama masih dalam keadaan perselisihan. Kerjakan segala yang mudah dengan cara yang dapat dimengerti, laksanakan kegiatan mulai dari posisi-posisi yang dapat dipertahankan.
Untuk mengembangkan kemandirian dan daya saing pasar, menyumbangkan kompetisi profesional dengan cara : knowledge, skill, attitude. Ketiganya merupakan faktor yang paling krusial ialah kesiapan, sumberdaya manusia. Itu sebabnya mereka yang berkiprah di dunia usaha harus siap menerima membuat perubahan karena ekonomi dan pasar terus berubah dan berkembang secara dinamis. Dengan kata lain harus siap mengadaptasi, mengantisipasi sekaligus membuat perubahan yang di-maksud mereka di sini tidak terbatas pada pembuat kebijakan lagi juga para pekerja, mulai lapisan pucuk pimpinan sampai bawahan, bahkan melihat kecenderungan, makin menariknya dunia usaha sebagai pilihan profesi, tidaklah salah menempatkan angkatan kerja sebagai calon pelaku usaha, termasuk mereka yang kini masih berada di bangku sekolah.
Pada suasana lingkungan yang selalu berubah dalam strategi bisnis terbaik adalah menyesuaikan dengan 4 (empat) bentuk arena persaingan.
Menurut D. Avein dalam bukunya Hyper Competition, keempat arena persaingan itu digambarkan se-bagai berikut :
1. Biaya dan kualitas, artinya dengan biaya yang relatif rendah akan menghasilkan kualitas yang maksimal
2. Waktu dan kemampuan bagi lembaga pendidikan berupa ketepatan keseluruhan lulus tepat 3 (tiga) tahun dengan kemampuan yang dapat diandalkan.
3. Kekuatan pertahanan, artinya mampu bertahan dalam jangka panjang yang selalu mengarah pada perkembangan.
4. Kelebihan keunggulan yang menyangkut pengaruh keuangan untuk melawan pesaing melalui kelebihan alat praktek, laboratorium dan alat fasilitas lain.
Untuk memenuhi arena persaingan agar tercapai tujuan bisnis yang dinamis dan berkembang, D’Avein memperkenalkan strategi baru.
Strategi baru tersebut mencakup 7 (tujuh) faktor bersaing :
1. Kepuasan pihak yang terlibat antara lain guru, karyawan, pengolah dan yayasan termasuk disini para siswa itu sendiri.
2. Jangkauan ke depan dengan menciptakan peluang melakukan gebrakan bisnis yang ditekuni.
3. Kecepatan dengan meningkatkan kemampuan melaksanakan gebrakan yang ampuh dan tepat.
4. Kejutan, dengan melakukan peningkatan kemampuan melalui gebrakan dan pembaruan.
5. Menggeser aturan main, dengan melakukan berbagai usaha yang dinamis.
6. Membuat sinyal dengan mempengaruhi dinamika persaingan masa depan.
7. Melaksanakan kesinambungan dengan melakukan antisipasi interaksi strategis (disesuaikan dengan dunia pendidikan).
Untuk memenangkan salah satu arena persaingan bisnis, misalnya arena per-saingan waktu dan kemampuan dapat dilaksanakan dapat dilaksanakan melalui pe-laksanaan beberapa faktor strategi dinamis, yaitu kecepatan dan kejutan dengan meningkatkan kemampuan melaksanakan gebrakan ampuh serta melaksanakan kesi-nambungan dengan melakukan antisipasi interaksi strategis.
Persaingan pada bisnis pendidikan akan nampak jalan dan sangat perlu diper-hatikan apabila sebuah lembaga pendidikan berada di wilayah dimana terdapat banyak lembaga pendidikan. Sebagai contoh di satu wilayah terdapat lembaga pendi-dikan tingkat SMU dan jumlahnya 8 buah, 4 diantaranya sekolah umum dan 2 kejuruan, 2 lagi madrasah ‘aliyah. Walaupun yang sejenis cuma 2 buah sekolahan, namun hal ini perlu menganalisa strategi bersaing dalam bereubut peluang pasar. Pasar telah terbuka lebar, hanya bagaimana kita memperebutkannya, tentu saja melalu keunggul-an bersaing.
Kalau keunggulan bersaing itu tetap dipertahankan bahkan mungkin diting-katkan, maka tidak tertutup kemungkinan lembaga pendidikan itu akan mampu men-jadi pemimpin pasar yang selalu mempertahankan 3 komponen pokok, yaitu : 1) Keampuhan operasional, 2) Kepemimpinan produk, 3) Kedekatan dengan pelanggan.
Mau file tersebut diatas dalam bentuk MS-WORD, klik download
0 komentar:
Posting Komentar